Terhimpit Modernitas, Baduy Dalam Teguh Pegang Budaya: Kisah Perjalanan Peneliti UBM

 


PANTAUTERKINI.CO.ID, Lebak-Banten - Kamis (13/7/2022), empat dosen peneliti dari Ilmu Komunikasi Universitas Bunda Mulia Ancol Jakarta Utara menyambangi Baduy Dalam, Lebak, Banten. Tujuan pelaksanaan program akademik itu guna mengenal lebih dekat kehidupan masyarakat Baduy. Tak hanya itu, kegiatan yang berdurasi dua hari tersebut juga jadi bagian proses orientasi untuk merasakan bagaimana warga adat Baduy menjalankan kesehariannya.

"Kegiatan orientasi akademik yang kami jalani sekarang ini bertujuan untuk mengenal lebih dekat, sekaligus mengalami sesaat kehidupan masyarakat Baduy. Kami juga ingin menyelami bagaimana mereka hidup di tengah arus globalisasi yang serba modern," tutur Teguh Hidayatul, salah satu dosen Komunikasi Universitas Bunda Mulia itu.

Perjalanan yang diikuti Teguh Hidayatul Rachmad, Purnama Ayu Rizky, Yohanes Probo Dwisasongko, Kho Gerson Ralph Manuel, dan Henilia Yulita ini dimulai dari Jakarta menuju Rangkas Bitung menggunakan tranportasi kereta api. Sesampainya di Stasiun Rangkas Bitung, rombongan dosen itu berganti moda dengan kendaraan Colt menuju Desa Ciboleger, Lebak, Banten, dan dipandu oleh Anjay, tour guide setempat.

 


Untuk menjangkau Baduy Dalam, tim dosen mesti berjalan kaki menaiki perbukitan-perbukitan selama empat jam. Ada tiga kampung di Baduy Dalam, Cibeo, Cikeusik, dan Cikawartana tapi para peneliti ini berkesempatan menyambangi salah satunya saja.

"Kami langsung menemui seseorang yang ditokohkan di Baduy Dalam, bernama Ayah Jakri. Dari percakapan kami dengannya, kami mendapatkan pengalaman dan ilmu mengenai cara hidup bermasyarakat yang notabene masih memegang nilai adat," tutur Teguh lagi.

Keteguhan memegang nilai adat ini di antaranya tidak boleh membawa atau memakai perlengkapan pembersih buat mandi, tidak diperkenankan mengambil foto dan video di Baduy Dalam.

“Di sini kita bisa menghargai dan menjaga keseimbangan ekosistem alam dengan mentaati aturan, juga merawat sumber alam di lingkungan Baduy Dalam,” tutur Jakri.

Penjelasan Ayah Jakri juga dihayati oleh para peneliti dari Universitas Bunda Mulia. Buat mereka, perjalanan ke Baduy Dalam ini tak cuma urusan akademik tapi juga spiritualitas.

"Buat kami, riset yang dilakukan para akademisi dari Universitas Bunda Mulia ini cukup menarik. Selain bisa melihat realitas langsung di lapangan, dosen juga bisa mengasah kepekaan sosialnya terhadap masyarakat adat di Baduy. Tak cuma itu itu, kita bisa mengadaptasi nilai-nilai budaya yang baik, termasuk dalam hal kedekatan pada Tuhan dan alam semesta,” Jelas Purnama Ayu Rizky, anggota peneliti lainnya dari Universitas Bunda Mulia.

“Saya sadar banyak akademisi yang melakukan ini, tapi di universitas kami sendiri, ini adalah inisiatif pertama yang pernah digagas. Harapannya, insiatif ini tak cuma berhenti di tataran ide tapi betul-betul bisa berkontribusi pada pemberdayaan masyarakat dengan identitas budaya yang sangat khas, tak cuma di Baduy tapi juga di banyak daerah di Indonesia,” pungkasnya.

 

 

 

>>Nursanto DC

*Sumber Adi Anjay tour Guide.

Post a Comment

0 Comments