DENPASAR-BALI| Sekelompok aksi massa berjumlah sekitar kurang lebih 30 orangan, mengaku dari Aliansi Mahasiswa Papua (APM), (30/9/2021), pada Kamis pagi tadi, menggelar orasi berpusat di Jl. Raya Puputan Gang IV Renon Kota Denpasar Bali.

Aksi massa AMP tersebut tidak berlangsung lama, karena aksi mereka langsung dibubarkan oleh ormas Patriot Garuda Nusantara (PGN) yang datang ke lokasi itu bersama-sama dengan Pacalang.

Sebelum pihak aparat dari Polresta Denpasar datang ke lokasi untuk mengamankan situasi, sempat terjadi adu mulut antara kedua kelompok massa itu, hingga nyaris terjadi baku hantam.

Kehadiran ormas PGN dan Pacalang, adalah aksi spontanitas cinta NKRI dalam upaya turut serta menjaga kedamaian di Pulau Dewata. 

Agung Karang warga Bali yang saat ini tinggal di Jakarta, sangat menyayangkan atas adanya aksi massa  yang dilakukan AMP tersebut.

"Hal semacam ini, perlu dijadikan perhatian, khususnya bagi warga masyarakat pendatang yang tinggal di Pulau Bali, agar mereka harus saling menghormati dan saling menjaga kedamaian.

"Sangat disayangkan disaat PPKM sudah mulai melandai ke level 3, justru masih ada aksi demo yang nantinya berpotensi terjadinya cluster baru penyebaran Covid-19 di Wilayah Bali," tegas Ir. Agung Karang.

Terlebih tuntutan yang tertulis di spanduk yang mereka bawa tersebut, menurut Agung Karang sebaga banyak bermuatan narasi-narasi yang dinilai provokatif dan tidak selaras dengan adat istiadat masyarakat Bali yang penuh dengan cinta damai juga setia terhadap NKRI.

Pantauan media ini, ada delapan sepanduk yang dibawa oleh kelompok aksi massa yang diduga didalangi oleh mahasiswa drop out antara lainnya berbunyi Papua Merdeka #papualivesmatters, #papuabukantanahkosong, #hiduperempuan yang melawan, #lawansampaimenang dan beberapa spanduk lainnya yang berisikan narasi-narasi menyerang kewibawaan pemerintah. 

I Gede Ketut  seorang warga yang tinggal tidak jauh di titik lokasi demo, ia mengatakan bahwa dengan adanya tuntutan yang seperti ini bahwa sangat jelas betapa AMP dibawah pimpinan Natalius Bukega, Kevin Sanchez Tambuni, Yesaya Gobai dan Joice Urupdana mencoba membuat suasana Bali menjadi prioritas untuk menyuarakan aspirasinya.

"Namun cara ini sangat disayangkan oleh banyak warga Bali yang memang sudah final bahwa NKRI sebagai harga mati, terlebih saat ini warga masyarakat Bali pun tengah fokus mempersiapkan kebangkitan sektor  pariwisata daerah yang sudah hampir dua tahun ini lumpuh total akibat pandemi," pungkas Gede Ketut.

(Ukie Panter/ Bram.s Bali)