Probolinggo - Air liur dari hewan burung Walet diumpamakan seperti harta karun berharga.

Komoditas yang berharga selalu menarik perhatian mereka yang ingin mendapatkan kekayaan terutama pengusaha.

Namun tak banyak yang tahu atau memang mungkin tak mau tahu bahwa hewan burung Walet memiliki sisi negatif yang juga sangat merugikan manusia. 


Bangunan atau gedung sarang burung Walet dapat berdampak negatif terhadap lingkungan dan kesehatan manusia.

Suara yang dihasilkan sarang burung Walet dapat menciptakan kebisingan, dan selain daripada itu, kotoran burung yang diindikasi menyebabkan penyakit flu burung. 


Dilansir dari kajian oleh Tim Peneliti yang diketuai oleh Dr Ir Ince Raden M.P,

Hasibuan (2010) menyatakan bahwa beberapa akses sosial yang ditimbulkan oleh keberadaan sarang burung Walet adalah kebisingan suara burung Walet yang menganggu masyarakat yang bermukim di sekitar bangunan sarang burung Walet, serta limbah dari kotoran burung Walet dapat menimbulkan penyakit bagi warga yang bermukim di sekitar penangkaran burung Walet.


Adapun pencemaran suara yang bersifat terus-menerus dengan tingkat kebisingan di atas 80 dB dapat mengakibatkan efek atau dampak yang merugikan kesehatan manusia.


Dilansir dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI),

Bahwa efek negatif dari pencemaran lingkungan (polusi suara) burung Walet yaitu,

stres, gila, perubahan denyut nadi, tekanan darah berubah, gangguan fungsi jantung, kontraksi perut.


Juga mengutip dari kajian Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI),

Berikut ini adalah contoh kebisingan yang menimbulkan pencemaran suara :

1. Orang ngobrol biasa = 40 dB.

2. 2. Orang ribut / silat lidah = 80 dB.

3. 3. Suara kereta api / krl = 95 db.

4. 4. Suara mesin motor 5 pk = 104 dB.

5. 5. suara gledek / geledek / petir = 120 dB.

6. 6. Pesawat jet tinggal landas = 150 dB

Hasil penelitian menyatakan bahwa burung Walet dapat menyebabkan 24 jenis penyakit pada manusia jika letak kandangnya tidak sesuai dengan aturan. 

Ke-24 jenis penyakit ini menyerang otak, syaraf dan organ tubuh lainnya.

Menurut peneliti burung dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Nurjito, penyakit tersebut disebarkan melalui air liur, nafas, dan kotoran burung Walet. 

Adapun orang yang terkena virus dari burung Walet biasanya merasa pusing, lemas, dan lelah.


Selanjutnya dr. Aminuddin dan dr. Armyn saat seminar tentang sarang burung Walet di Bontang menyatakan bahwa para pelaku usaha sarang harus menjaga kebersihan karena sarang burung Walet dapat mendatangkan penyakit demam berdarah.

Apalagi dengan bentuk tertutup dan ventilasi yang jarang, terutama pada musim hujan. Keberadaan sarang Walet tersebut sangat berpotensi menyebarkan penyakit demam berdarah. 

Selain itu, timbunan kotoran Walet yang bertahun-tahun lamanya dapat menyebabkan penyakit batuk berdarah dan leptospirosis atau sejenis tifus.


Banyak pengusaha hanya memikirkan harga jual sarangnya yang tinggi, tanpa peduli dengan dampak buruk dari bangunan sarang burung Walet, sehingga bangunan atau gedung sarang burung Walet menjamur di tengah pemukiman warga.


Keberadaan burung Walet di pemukiman warga, dapat mengakibatkan polusi udara.

Terutama anak-anak yang masih dalam masa pertumbuhan sangat membutuhkan udara segar tanpa polusi hewan burung Walet yang semakin menjamur.


Dan ketika burung Walet berkeliaran di atas pemukiman warga, kotoran hewan burung Walet yang berjatuhan di pemukiman warga itu dapat menimbulkan kuman yang dapat mengganggu kesehatan warga dan lingkungan di sekitar bangunan atau gedung sarang burung Walet.