Ribuan Massa Iringi Penghormatan Terakhir Untuk I Gede Komang Swastika

I Gede Komang Swastika
Bali | Pantau Terkini  | Kembalinya seorang tokoh Bali, I Gede Komang Swastika atau yang lebih dikenal dengan nama Jro Jangol membawa kisah manis bagi sejarah bagi organisasi massa (ormas) di Bali.

Di hari pengabenan mantan Wakil Ketua DPRD Bali ini pada Jumat (4/1/2018) di Setra Ganda Mayu, Banjar Sebelanga, Denpasar Barat, tampak ribuan pelayat dari berbagai kalangan, kolega hingga massa lintas ormas di Bali tumpah ruah berdatangan untuk memberikan penghormatan terakhirnya.

Dalam ritual itu juga hadir sang istri pertama yakni Ni Luh Ratna Dewi, yang juga berstatus narapidana kasus jual beli narkoba bersama suaminya.

Hari itu, ia mendapatkan izin kesempatan keluar dari balik jeruji besi untuk memberikan penghormatan terakhirnya kepada almarhum suami.

Izin luar biasa dikabulkan pihak Lapas Kerobokan II-A dimana Ratna Dewi masih dalam status narapidana dan harus menjalani vonis selama 2 tahun penjara.

Pantauan Tribun Bali, raut wajah wanita berambut pirang ini tampak menyiratkan kesedihan.

Selama proses pengabenan, Ratna Dewi hanya bisa menangis sembari berkumpul dan memeluk ketiga anaknya.

Bahkan, ia sempat pingsan sesaat sebelum proses mendiang suaminya diaben.

Pemandangan unik lain juga terjadi, dimana dua petinggi ormas di Bali seperti Ketua Umum Laskar Bali AA Ketut Suma Wedanta atau Gung Alit dan Ketua Umum Baladika Bali, I Bagus Alit Sucipta atau yang lebih dikenal dengan nama Gus Bota juga tampak menghadiri upacara pengabenan.

Tak hanya mereka, ribuan anggota ormas juga datang dengan mengenakan atribut ormas mereka masing-masing.

Bahkan, kedua pimpinan ormas terbesar di Bali itu diberikan kesempatan oleh keluarga mendiang untuk memantik api pertama upacara pengabenan Jro Jangol yang semasa hidupnya menjadi Ketua Harian DPD Baladika Bali ini.

Adik misan (sepupu) Jro Jangol, Jro Gede Putra mengatakan, momen ini akan menjadi sangat berkesan sepeninggal mendiang Jro Jangol.

Ini membuktikan bahwa tidak ada yang namanya kesenjangan antar ormas di Bali.

"Ini mencerminkan bahwa selama hidupnya, beliau adalah sosok pemersatu. Tidak pernah ia membeda-bedakan. Konsep hidupnya dan jiwanya memang suka bergaul. Makanya banyak yang melayat, karena kita semua sebenarnya adalah sahabat dan saudara," kata Jro Gede Putra kepada Tribun Bali di sela proses pengabenan.

Ia melanjutkan, ribuan pelayat ini datang sedari pagi sekira pukul 08.00 Wita. Usai diaben, kata dia, abu dari mendiang Jro Jangol dilarung di Pantai Kuta.

"Nanti (kemarin, red) kita rencananya akan ngayut (melarung) abu mendiang di pantai terdekat di Kuta," kata dia.

"Kami mewakili keluarga Jro Swastika, meminta maaf sebesar-besarnya jika ada kesalahannya yang mungkin dilakukan semasa hidupnya. Jika ada hutang baik berupa materi atau janji, mohon maaf sebesar-besarnya atau juga bisa dibicarakan baik-baik dengan keluarga," pesan Jro Gede Putra. (YJ - kontributor Denpasar Bali)

Post a Comment

0 Comments