PANTAUTERKINI.CO.ID. SLAWI – Lokasi gunung kapur di Desa Karangdawa, Kecamatan Margasari, Kabupten Tegal, Jawa Tengah kini menjadi perhatian, pasalnya wilayah tersebut usai diposting salah seorang wartawan senior kabupaten Tegal menjadi ramai dibicarakan.
Pasalnya wilayah Gunung kapur yang merupakan lokasi sebagian masyarakat sekitar mencari nafkah, justru menjadi lokasi pembuangan limbah beracun, yang dikirim dari pabrik pabrik daerah Jakarta dan sekitarnya. Tanpa mau ikut pusing memikirkan dampaknya yang amat membahayakan terhadap lingkungan.
Ironisnya dampak yang terjadi di masyarakat bagi kesehatan bisa terjadi pada generasi muda , apa pabrik pabrik di Jakarta dan sekitar nya tak dilengkapi unit pengolah limbah (UPL) atau bagaimana? Sehingga limbahnya di buang begitu saja di dae rah lain. Seharusnya Kementerian Lingkungan Hidup dan struktur sampai ke bawah hingga daerah daerah seharusnya tanggap dan perlu turun tangan mengusut lebih lanjut. Wah kalau dibiarkan nantinya susah dibayangkan kelak.
Sejatinya tak hanya ternak yang jadi tumbal, manusianya pun bisa jadi tumbal. Anehnya aparatur di wilayah itu juga nampaknya diam tak bergeming. Jumat (3/8) saat hendak ditemui Kepala desa malah menghindar dan keberatan memberi respon, bahkan tak mau berkomentar ketika ditanya mengenahi daerahnya dijadikan pusat pembuangan limbah beracun yang dikirim dari pabrik pabrik Jakarta.
Namun sewaktu didesak terkait permasalah limbah beracun kiriman dari pabrik pabrik di Jakarta, malah dia melemparkan urusannya karena itu menjadi urusan Pihak Kepolisian dan kantor Bagian Lingkungan Hidup. "Kami hanya sebagai kepala desa tidak bisa melampaui kewenangannya," ujar Edi Iswanto.
Seraya menambahkan hubungannya dengan kelangsungan industri pembakaran batu gam ping yang sudah dilakukan berpuluh puluh ta hun menjadi pencaharian warga setempat.
Sebagai catatan, produksi batu gamping selama ini sudah mafhum fungsinya untuk bahan bangunan dan kebutuhan Pabrik Gula untuk memproses air tebu menjadi gula salah satu unsur penunjangnya adalah batu gamping yang sudah matang dibakar. Pihak pabrik gula yang lebih tahu prosesnya.
Warga yang sering memeriksakan kesehatannya akibat pengaruh polusi pembakaran gamping yang menggunakan limbah beracun adalah di Pedukuhan Apu bagian wilayah Desa Karangdawa yang dihuni sekitar 200 kepala keluarga (KK) sesuai penjelasan Edi Iswanto.
Menurut informasi yang diperoleh, limbah yang dikirim dari pabrik pabrik di Jakar ta ada dua macam dan sama sama memiliki kandungan racun. Yang padat untuk pembakar dan cair dibuang di lembah perbukitan. Penggunaan limbah itu sebagai pengganti kayu dan solar tempo dulu.
Namun tahun tahun belakangan sekitar puluhan tahun kemari hingga tahun 2018 bahan bakar kayu dan solar diganti limbah pabrik. Bahkan tidak perlu beli langsung, asal mau menggunakan. Menurut laporan salah satu tokoh masyarakat disana dari pihak pengusaha pabrik di Jakarta malah yang membayar pengepul limbah tersebut, dengan pembayaran yang cukup lumayan tinggi. Cara pembungan dengan truk kontainer besar di bongkar tengah malam.
Informasinya sekarang yang menjadi pengepul limbah beracun itu konon merupakan orang tergolong kuat di desa itu dengan maksud agar segala permasalahan bisa diatasi secara lancar, sedang pengepul lama initial Zn sekarang sudah beralih usaha lain karena tak tahan menghadapi tekanan pihak lain.
Pernah terjadi geger gara gara kejadian ternak sapi mati setelah minum air di danau "Beko" di Desa Jatilaba sebelah utara Desa Karangdawa. Kejadian saat danau Beko digenangi air hujan.
Menurut Kepala Desa Jatilaba, Jumadi di rumahnya Rabu lalu, danau Beko terkena aliran limbah cair yang beracun yang sengaja dibuang, tak hanya mengalir ke saluran arah Desa Jatilaba tapi sebagian mengalir juga ke sungai wilayah Songgom, Kabupaten Brebes. Sedang terkait anak anak pelajar yang tewas di danau Beko setahu Jumadi ketika disinggung itu katanya karena musibah tenggelam saat renang ramai ramai di alur danau Beko saat banjir karena tidak bisa renang.
Namun bagi Jumadi selaku kepala desa Jatila ba, pernah protes keras karena pemukiman di wilayahnya di RW 08, 03, 07, 11 dan 12 sekitar 500 KK terkena imbas polusi pembakaran batu gamping yang menggunakan limbah beracun. Akibatnya warga terpaksa harus melakukan pengobatan ke dokter. "Namun setelah ada pro tes warga pembakaran gamping di desa Jatila ba baru reda.
Namun begitu udara asap dari Dukuh Apu yang aktif untuk pembakaran gam ping imbasnya ke Desa Jatilaba, ini yang selalu jadi keprihatinan kami," papar Jumadi.
Sementara Sekcam Kecamatan Margasari keti ka dimintai tanggapan malah melemparkan bahwa kawasan gunung kapur di Desa Karangdawa yang menjadi pusat pengrajin pembakaran batu kapur merupakan wilayah Provinsi Jateng tanpa merespon dampak lingkungan yang menyebabkan banyak warga sakit karena limbah beracun.
" Ya jadi kami gak punya wenang," ujar Sekcam Teguh Mulyadi walaupun dampak merugikan kesehatan penduduk.
Beda tanggapan, Bambang Setiono, SE (pejabat lama pensiun) yang pernah menjabat di kantor LH Kabupaten Tegal, katanya seorang pejabat di wilayah seharusnya kalau ada masalah seharusnya segera mengkoordinasikan termasuk ke Provinsi apalagi merugikan kesehatan masyarakat. "Ya jangan sampai pejabat kesannya membiarkan dong," ujarnya.
(Sumber Akun FB Samsudin/Red CN)
0 Comments